image from google. |
Dikala
hati sedang gundah, sedih, sakit, benci, dendam, terbakar, jengkel dan
seterusnya, seseorang membutuhkan sebuah tempat untuk meredamnya. Jika
tidak akan bisa berakibat fatal. Menurut teori psikoanalisa, meredam sebuah sikap (tingkah laku), ada beberapa macam cara bisa ditempuh, diantaranya regresi (dengan menangis), represi (dipendam), displacement (dialihkan), penyangkalan (pura-pura bahagia), rasionalisasi dan lain-lain.
Tetapi
sepertinya, dalam menghadapi sistuasi seperti diatas (gundah, sedih,
sakit, benci, dendam, terbakar, jengkel), laki-laki dan perempuan
mempunyai respon yang berbeda. Demikian pula dengan usia, anak-anak
dengan orang dewasa melakukan respon yang berbeda pula. Seorang
laki-laki misalnya, jika sedang kecewa dan patah hati lebih di
rasionalisasikan, sedangkan perempuan biasanya merespon dengan sikap
regresi.
Kali
ini, kita akan membahas curhat (curahan hati), yang juga merupakan cara
meredam kekecewaan. Curhat masuk dalam mekanisme pertahanan diri, yaitu
displacement (pengalihan). Bagaimana sebuah curhat bisa meredam kekecawaan? Apakah semua jenis curhat bisa menjadi obat?
Curhat
adalah mengeluarkan isi hati yang menekan jiwa dan perasaan. Biasanya
orang akan memilih-milih tempat curhat ini, karena takut rahasianya
terbongkar. Pada orang yang sudah mempunyai pasangan, mereka lebih suka
curhat dengan pasangannya, karena yakin rahasianya akan terjaga.
Bagaimana sebuah curhat bisa meredam kemarahan/kekecewaan? Ya, pada
dasarnya, secara psikologis, masalah akan lebih ringan jika sudah
dialihkan sementara, dan orang tersebut bisa kembali berpikir rasional
untuk menghadapinya. Curhat semacam transfer emosi sementara, untuk
menyusun siasat.
Tetapi,
untuk mejadikan curhat sebagai penyembuh, tempat curhat harus bisa dan
mempunyai pengetahuan dan skill. Skill paling utama adalah bisa bersikap
empati, menujukkan perhatian dan lain-lain. Sebenarnya orang tempat
curhat tidak harus menghapal seribu solusi permasalahan, tetapi, yang
paling penting menunjukkan sikap empati dan perhatian diatas. Bahkan,
orang tempat curhat yang lebih banyak bicara, terkadang tidak disukai.
Sebaiknya, orang tempat curhat lebih banyak mendengarkan, karena orang
yang sedang curhat, hanya ingin mentrasfer kegelisahan, bukan tidak
memiliki solusi.
Orang
tempat curhat juga harus bisa menempatkan diri secara objektif, jangan
sampai larut dengan permasalahan orang curhat. Karena, jika seorang
tempat curhat larut ke dalam permasalahan orang curhat, bisa
dibayangkan, orang tempat curhat akan mendapatkan masalah baru. Jika 10
orang datang kepadanya, berarti mempunyai 10 masalah baru. Ini berarti
dia seakan seperti tempat sampah masalah, plus masalahnya sendiri. Orang
tempat curhat harus pintar dan menjaga sikap yang objektif, jangan
sampai jatuh sakit karena masalah orang.
Sikap
objektif dan netralitas tempat curhat ini adalah skill utama yang harus
dimiliki orang tempat curhat. Jangan sampai masalah orang curhat tidak
tertransfer, malahan akan menambah masalah bagi orang tempat curhat.
Juga, sikap rasionalnya, jangan sampai tambah membesarkan masalah dengan
memberikan respon yang kurang tepat.
Jadi
menjadi tempat curhat itu adalah sebuah pekerjaan yang membutuhkan
skill, kalau tidak akan berubah menjadi tempat sampah, atau menjadi
provokator, dengan membesar-besarkan masalah.
sumber : .psychologymania.com
No comments:
Post a Comment